Protokol Covid-19 yang Sering Dilalaikan
Virus penyebab COVID-19 mulai menyerang manusia sejak Desember 2019.
Sampai saat ini telah ‘melumpuhkan’ berbagai negara di seluruh dunia.
Indonesia pun tidak luput.
Kasus pertama yang ditemukan di Indonesia menimpa 2 orang warga Depok, Jawa Barat yang dilakukan tes dan terkonfirmasi positif pada tanggal 1 Maret 2020.
Pemerintah telah berusaha melakukan berbagai cara untuk mengendalikan penyebaran COVID-19.
Salah satu cara adalah dengan melakukan sosialisasi sampai mengenakan denda bagi pelanggaran terhadap protokol pencegahan penularan COVID-19.
Sayangnya, sampai saat ini, jumlah kasus yang positif tertular COVID-19 tetap pada grafik yang meningkat.
Beberapa kemungkinan penyebab grafik jumlah penderita COVID-19 meningkat adalah :
- edukasi dan sosialisasi belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat
- denda yang diberlakukan tidak cukup membuat orang menjadi jera
- masyarakat menganggap remeh
- banyak berita hoax yang beredar yang dipercaya sebagai kebenaran
- salah dalam mengimplementasikan berbagai protokol pencegahan
- semakin banyak tes yang dilakukan sehingga penemuan kasus baru semakin banyak.
Tulisan ini akan lebih mengulas tentang kesalahan atau kelalaian yang terjadi dalam menerapkan berbagai protokol pencegahan penularan COVID-19 dalam masyarakat.
Kesalahan dalam penggunaan masker :
Salah memilih jenis masker
- Masker yang baik memiliki minimal 3 lapis.
- Bahan masker sebaiknya bukan dari bahan yang elastis.
Semakin elastis kain tersebut, semakin rendah kemampuannya untuk melindungi dan mencegah tersebarnya droplet. - Kain yang menempel dekat wajah sebaiknya terbuat dari bahan yang menyerap air karena membuat pengguna merasa nyaman karena keringat dan uap pernapasan dapat terserap dengan baik.
- Kain yang berada di luar sebaiknya terbuat dari kain yang tahan terhadap air agar dapat mencegah droplet keluar dari pengguna sekaligus melindungi pengguna dari droplet orang lain.
- Ukuran masker sebaiknya disesuaikan dengan ukuran wajah.
Masker harus dapat menutupi seluruh hidung, mulut, dagu, dan sebagian besar pipi. - Tali pengait masker harus cukup ketat dan tidak kendor agar masker tidak melorot dan tetap dapat menutup hidung, mulut dan dagu.
Salah menggunakan/melepas masker
- Sebelum memakai masker, cucilah tangan terlebih dahulu.
- Kaitkan masker pada kedua telinga.
Atau ikat jika masker memiliki tali panjang.
Ikatan harus nyaman dan pas agar tidak perlu lagi memperbaiki ikatan masker yang telah terpasang. - Sesuaikan kawat masker (jika ada) pada bentuk hidung.
- Tarik masker agar menutupi dagu.
- Masker yang tepat dan terpasang dengan baik membuat penggunanya merasa nyaman dan tidak perlu berulang kali menyentuh masker untuk memperbaiki masker.
- Kaitkan masker pada kedua telinga.
- Ketika melepas masker, jangan menyentuh masker.
Lepaskan hanya dengan menyentuh kait atau tali pengikat masker. - Masker harus dipakai dan menutupi seluruh hidung sampai ke pangkal hidung, seluruh mulut, dan dagu.
- Hindari melorotkan masker ke leher agar tidak menyebarkan virus, bakteri, atau kotoran yang menempel pada masker.
- Jika ingin sementara membuka masker, buka tali pengait atau tali pengikat.
Pegang masker hanya pada bagian tali saja. - Sebelum dan sesudah membuka masker, cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan cairan antiseptik.
- Segera setelah memungkinkan, pakai kembali masker.
- Camkan selalu, setiap kali kita membuka masker, kita berada dalam posisi rentan tertular COVID-19.
- Jika ingin sementara membuka masker, buka tali pengait atau tali pengikat.
- Ganti masker sesudah 4 jam.
- Jika belum mencapai 4 jam, masker telah menjadi basah, segera ganti.
- Jika banyak bertemu dengan orang, ganti masker walaupun belum mencapai 4 jam.
- Hindari menyentuh wajah (hidung, mulut, dan mata) dengan tangan yang belum dicuci.
- Hindari atau batasi berbicara, berteriak, atau tertawa apalagi saat tidak mengenakan masker, misalnya pada saat sedang makan di kantin atau restoran.
“Pemerintah telah berusaha melakukan berbagai cara untuk mengendalikan penyebaran COVID-19.
Salah satu cara adalah dengan melakukan sosialisasi sampai mengenakan denda bagi pelanggaran terhadap protokol pencegahan penularan COVID-19.
Sayangnya, sampai saat ini, jumlah kasus yang positif tertular COVID-19 tetap pada grafik yang meningkat.”

Lalai menjaga jarak
- Sering kita melihat orang tertib menjaga jarak ketika mengantre.
Tetapi kebanyakan orang lalai menjaga jarak dengan petugas kasir ketika membayar atau dengan penjaga toko atau satpam ketika bertanya sesuatu. - Menjaga jarak tidak hanya perlu dilakukan dengan orang di depan/hadapan kita tetapi perlu diterapkan pada semua orang yang berada di sekitar kita.
- Tidak dapat memperkirakan berapa jauh jarak yang harus dijaga dengan orang lain.
- Jarak 1 sampai 2 meter dapat dengan mudah dilakukan dengan membayangkan lengan kita dengan lengan orang lain sama-sama teracung ke depan seperti sedang lencang depan.
- Atau membayangkan seolah-olah ada mobil yang menghalangi antar orang. Karena lebar mobil rata-rata adalah sekitar 2 meter.
- Lalai menjaga jarak juga sering dilakukan antar rekan kerja, teman, atau kerabat.
Orang yang tidak tinggal serumah adalah orang yang perlu diwaspadai walaupun kita punya hubungan pertemanan atau hubungan darah.
Jadi selalu jaga jarak dengan orang lain. - Jaga jarak perlu selalu dilakukan ketika berdiri, berjalan, atau duduk.
BACA JUGA
- Merokok dan COVID-19
- Apakah Masker Kain Berguna Untuk Usir COVID-19?
- Cegah Jari Tangan Sebagai Penyebar COVID-19
- Tidak Perlu Panik Serumah Dengan Anggota Keluarga yg Mungkin ataupun Sudah Menderita COVID-19
Abai dengan kondisi pribadi
- Saat imunitas tubuh sedang menurun, baik karena sakit, kelelahan, stres, kurang tidur, atau lainnya, kita rentan tertular berbagai penyakit termasuk COVID-19.
- Demikian pula jika kita memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol secara berlebihan, menggunakan obat terlarang, dan lainnya atau yang terlalu gemuk.
- Jika kita memiliki penyakit atau kita adalah orang yang harus minum obat-obatan tertentu (diabetes, hipertensi, penyakit pada paru-paru, jantung, atau ginjal) atau menderita kanker, menerima transplantasi organ, menderita gangguan kekebalan tubuh, atau mendapat pengobatan untuk menekan imunitas tubuh, kita perlu ekstra berhati-hati karena daya tahan tubuh akan menurun.
Dan jika tertular COVID-19, maka kemungkinan kita akan menderita penyakit tersebut dalam bentuk yang parah atau serius. - Selain kondisi tubuh, risiko pekerjaan juga mempengaruhi kemungkinan penularan.
Orang dengan pekerjaan yang mengharuskan bertemu atau berhadapan dengan banyak orang seperti satpam, pramusaji, kasir, penjual, wartawan, reporter, dokter, perawat, dan lainnya memiliki risiko tertular yang lebih tinggi. - Orang yang bekerja dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang buruk juga memiliki risiko tertular yang tinggi terlebih jika ruangan tersebut berukuran kecil dan dipadati dengan banyak orang.
Risiko pada setiap orang berbeda-beda.
Semakin tinggi risiko, semakin perlu sangat berhati-hati dan selalu konsisten menjalankan seluruh protokol pencegahan penularan COVID-19.
Hindari atau batasi keluar rumah untuk keperluan yang tidak mendesak.
Penggunaan kacamata dan perisai wajah dari plastik perlu dipertimbangkan untuk senantiasa digunakan sebagai pengaman tambahan terutama pada orang dengan risiko tinggi.
• Sehat itu mudah • • Sehat itu murah •
(dr. Santi, kenapa ya dok?, kenapayadok.com)
MATERI DALAM SITUS INI DIMAKSUDKAN HANYA UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI INFORMASI UMUM, DAN BUKAN DITUJUKAN SEBAGAI DIAGNOSA, ATAU PERAWATAN YANG DIREKOMENDASIKAN.
Harap dicatat bahwa informasi medis di situs ini dirancang untuk mendukung, bukan untuk menggantikan hubungan antara pasien dan dokter, dan saran medis yang mungkin mereka berikan.
THE MATERIAL IN THIS SITE IS INTENDED TO BE OF GENERAL INFORMATIONAL USE AND IS NOT INTENDED TO CONSTITUTE MEDICAL ADVICE, PROBABLE DIAGNOSIS, OR RECOMMENDED TREATMENTS.
Please note that medical information found on this website is designed to support, not to replace the relationship between patient and physician/doctor and the medical advice they may provide.
(Credit: Adrian Pranata & William Manuel Son. Pictures are used for representational purpose only)