Waspada! Berbahaya Sembarangan Minum Obat Covid-19 dan Vitamin Saat Isolasi Mandiri
Pasien COVID-19 yang tergolong ringan dan tanpa gejala, dapat melakukan isolasi secara mandiri.
Isolasi bertujuan untuk menekan angka penularan ke orang lain, bukan mengobati pasien.
Seringkali isolasi mandiri (isoman) dilakukan dengan longgar, terutama pada orang yang merasa sehat, tanpa gejala apapun, walaupun telah dinyatakan sebagai pasien COVID-19.
Pasien isoman yang keluar dan melakukan kontak dengan orang lain misalnya ke restoran, mal, berpendapat bahwa sepanjang tidak menularkan keluarga dan teman, mereka boleh berkeliaran sesukanya.
Hal ini adalah pendapat yang salah dan sangat berbahaya.
Karena penularan yang terjadi sekalipun kepada orang asing yang sama sekali tidak dikenal, rantai penularan akan berlanjut terus dan bisa jadi akhirnya akan sampai ke keluarga atau teman kita.
Selain itu, penularan yang terjadi dapat membuat situasi perekonomian dan keamanan secara nasional jadi terganggu.
Mari kita menjalankan masa isoman dengan penuh tanggung jawab.
Pada saat isoman, pendampingan tenaga kesehatan sangat penting.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung, maupun secara daring.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan pasien terkait dengan obat-obatan dan vitamin bisa menyebabkan gangguan kesehatan lain.
Menurut panduan terapi, pasien COVID tanpa gejala mendapatkan obat-obatan berupa :
- bila terdapat penyakit penyerta/komorbid (penyakit yang telah diderita sebelum sakit COVID-19), lanjutkan pengobatan dengan obat rutin yang dikonsumsi
- vitamin C, vitamin D, atau multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, dan Zink.
- obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan
- obat-obatan suportif/pendukung baik tradisional maupun Obat Modern Asli Indonesia yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Pada pasien COVID-19 derajat ringan, obat yang diberikan adalah :
- bila terdapat penyakit penyerta/komorbid (penyakit yang telah diderita sebelum sakit COVID-19), lanjutkan pengobatan dengan obat rutin yang dikonsumsi
- obat-obat untuk mengatasi komplikasi jika ada
- vitamin C, vitamin D, atau multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, dan Zink.
- Antivirus. Disarankan favipiravir
- obat-obat sesuai dengan gejala, misalnya obat untuk mengatasi demam misalnya paracetamol, obat pereda mual bila mual, dst.
- obat-obatan suportif/pendukung baik tradisional maupun Obat Modern Asli Indonesia yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
BACA JUGA
- Jangan Bingung, Tips Isolasi Mandiri di Rumah Jika Positif Covid-19
- Apa Yang Harus Disiapkan Sebelum Vaksin Covid-19?
- Tidak Bisa Mencium Bau? Begini Cara Memulihkannya
- Siapa Saja yang Layak, Belum Layak, Atau Tidak Layak Mendapat Vaksin Covid-19?
- Tips Melawan Stres Selama Pandemi Covid-19
Salah satu efek Kortikosteroid adalah menekan kerja sistem imun tubuh.
dr santi
Jika digunakan saat imun tubuh masih terkendali, maka yang terjadi adalah imun tubuh menjadi turun.
Padahal saat terkena serangan virus, hal yang sangat penting adalah sistem imun tubuh yang baik.

Perhatikan kandungan, komposisi, dan jumlah kandungan setiap jenis obat atau vitamin yang akan diminum.
Sebuah jenis obat, misalnya dalam tablet paratusin yang sering digunakan untuk mengatasi batuk, pilek, dan demam, telah ada kandungan paracetamol.
Maka saat menggunakan paratusin, tidak lagi diperlukan tambahan obat paracetamol seperti Panadol, Sanmol, dsb.
Diperlukan juga ketelitian, saat memutuskan untuk konsumsi vitamin.
Baca kandungan, komposisi, dan jumlah kandungan (kadar) dalam setiap jenis vitamin.
Dengan demikian kemungkinan terjadinya overdosis akan terhindarkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat minum obat atau vitamin.
Misalnya vitamin D, sebaiknya dikonsumsi saat pagi atau siang hari bersamaan dengan makanan terutama yang mengandung lemak (lemak baik tentunya).
Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak sehingga penyerapannya akan meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan lemak.
Pada beberapa orang, vitamin D sebaiknya dikonsumsi pagi atau siang hari karena vitamin D berhubungan dengan pengaturan melatonin, yaitu hormon yang mengatur waktu tidur.
Konsumsi pada sore atau malam hari, pada orang yang sensitif, dapat menyebabkan gangguan tidur.
Beberapa jenis obat yang tidak boleh sembarangan dikonsumsi oleh pasien COVID-19 tanpa gejala dan gejala ringan :
🚧 Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah kadar steroid dalam tubuh ketika dibutuhkan.
Kortikosteroid biasa digunakan untuk berbagai macam gangguan seperti alergi, peradangan, dan untuk menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan dan tidak terkendali.
Contoh Kortikosteroid yang biasa digunakan dalam berbagai pengobatan :
Betametason
Dexamethasone
Methylprednisolone
Prednison
Prednisolone
Triamcinolone.
Kortikosteroid pada pasien COVID-19 hanya digunakan jika ditemukan indikasi yang jelas, misalnya ada tanda-tanda akan terjadi badai sitokin, suatu keadaan di mana sistem imunitas tubuh bekerja secara berlebihan dan tidak terkendali.
Karena salah satu efek Kortikosteroid adalah menekan kerja sistem imun tubuh, maka jika digunakan saat imun tubuh masih terkendali, maka yang terjadi adalah imun tubuh menjadi turun.
Padahal saat terkena serangan virus, hal yang sangat penting adalah sistem imun tubuh yang baik.
Selain itu, kekebalan tubuh yang ditekan dapat mempermudah masuknya berbagai virus, bakteri, maupun jamur ke dalam tubuh dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan lainnya.
🚧 Ivermectin
Sampai saat ini, penggunaan ivermectin yang disetujui adalah untuk mengatasi parasit berupa cacing dan juga untuk penyakit kulit scabies.
Penggunaan ivermectin untuk mengobati COVID-19 masih belum ada bukti ilmiah yang cukup sahih.
Berdasarkan rekomendasi WHO, obat ini hanya boleh digunakan dalam uji klinis (eksperimen atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian klinis).
🚧 Hidroksi Klorokuin
Obat ini berguna untuk penyakit malaria.
Pada awalnya, hidroksi klorokuin dipercaya berguna dalam terapi COVID-19.
Tetapi berdasarkan penelitian lanjutan, obat ini tidak menunjukkan efek yang bermanfaat.
🚧 Azithromycin
Azithromycin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Penyakit COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
Virus ini termasuk dalam keluarga besar Coronavirus.
Antibiotik dapat diberikan apabila dalam perjalanan penyakit, ditemukan tanda-tanda atau bukti adanya infeksi sekunder yang terjadi karena bakteri.
Konsultasikan senantiasa kepada tenaga kesehatan sebelum konsumsi obat atau vitamin.
Setiap orang bisa membutuhkan obat dan vitamin yang berbeda karena keluhan dan kondisi tubuh setiap orang berbeda-beda pula.
Sembarangan minum obat dan vitamin bisa berdampak negatif bahkan mengancam jiwa.
• Sehat itu Mudah • • Sehat itu Murah •
(dr. Santi, kenapa ya dok?, kenapayadok.com)
MATERI DALAM SITUS INI DIMAKSUDKAN HANYA UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI INFORMASI UMUM, DAN BUKAN DITUJUKAN SEBAGAI DIAGNOSA, ATAU PERAWATAN YANG DIREKOMENDASIKAN.
Harap dicatat bahwa informasi medis di situs ini dirancang untuk mendukung, bukan untuk menggantikan hubungan antara pasien dan dokter, dan saran medis yang mungkin mereka berikan.
(Credit: GuHyeok Jeong & Steve Buissinne. Pictures are used for representational purpose only)
THE MATERIAL IN THIS SITE IS INTENDED TO BE OF GENERAL INFORMATIONAL USE AND IS NOT INTENDED TO CONSTITUTE MEDICAL ADVICE, PROBABLE DIAGNOSIS, OR RECOMMENDED TREATMENTS.
Please note that medical information found on this website is designed to support, not to replace the relationship between patient and physician/doctor and the medical advice they may provide.