Alasan Singapura Larang Iklan Minuman Manis

Dalam rangka berperang melawan diabetes, Kementerian Kesehatan Singapura melarang iklan minuman manis dalam kemasan di seluruh platform media massa dan portal online seperti televisi, radio, internet, koran, dan iklan luar ruangan.

Selain itu, label nutrisi akan ditempatkan pada kemasan minuman manis dan akan diberi label bertuliskan “tidak sehat” pada semua kemasan minuman yang mengandung kadar gula sedang hingga tinggi.

Larangan berlaku pada kemasan botol, paket, dan kaleng yang mencakup minuman instan, minuman berkarbonasi, jus, minuman susu fermentasi, dan yogurt.

Langkah ini diambil karena berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2018, rata-rata orang Singapura mengonsumsi 60 gram gula atau setara dengan 12 sendok teh setiap harinya.
Setengah dari asupan gula itu berasal dari minuman manis dalam kemasan.

BACA JUGA:
10 Cara Mudah Mengurangi Asupan Gula
8 Hal Tentang Gula dari Kaca Mata Dokter
60 Nama Lain Gula

Risiko terkena diabetes akan meningkat sejalan dengan peningkatan asupan gula harian.

Asupan gula juga berkaitan erat dengan peningkatan berat badan (yang dapat berujung pada obesitas), penyakit jantung, stroke, hipertensi, kanker, peningkatan kadar trigliserida dalam darah yang memicu perlemakan hati, dan penurunan imunitas tubuh. Asupan gula berlebihan juga memicu kerusakan gigi.

Berdasarkan data dari International Diabetes Federation, prevalensi diabetes pada orang Indonesia dewasa adalah 6,7% dengan total penderita diabetes dewasa sebanyak 10.276.100 orang.
Sedangkan menurut data dari WHO, pada tahun 2016 di Indonesia prevalensi pada pria sebanyak 6,6% dan pada wanita sebanyak 7,3%.

Berkaitan dengan faktor risiko diabetes berupa peningkatan berat badan dan rendahnya aktivitas fisik, WHO juga memberikan data penderita obesitas sebanyak 5,7% dan kelebihan berat badan sebanyak 24,4%, dan jumlah penduduk yang tidak aktif secara fisik sebanyak 22,8%.

“Risiko terkena diabetes akan meningkat sejalan dengan peningkatan asupan gula harian.

Asupan gula juga berkaitan erat dengan peningkatan berat badan (yang dapat berujung pada obesitas), penyakit jantung, stroke, hipertensi, kanker, peningkatan kadar trigliserida dalam darah yang memicu perlemakan hati, dan penurunan imunitas tubuh. Asupan gula berlebihan juga memicu kerusakan gigi”

Untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat, Kementerian Kesehatan RI melalui Permenkes no 30 tahun 2013 menetapkan jumlah asupan gula tambahan maksimal adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan.
Penyebarluasan informasi tentang gula tambahan dan bahaya asupan gula berlebihan telah banyak dilakukan walaupun pelarangan iklan minuman manis dalam kemasan masih belum dilakukan di Indonesia.

Ada 2 jenis gula :

• gula alami
  yaitu gula yang secara alamiah atau natural ada dalam makanan/minuman tanpa campur tangan manusia, misalnya gula yang ada dalam buah-buahan atau gula yang ada dalam susu
• gula tambahan
  yaitu gula yang ditambahkan ke dalam makanan/minuman dalam proses pembuatannya, misalnya gula dalam teh manis atau gula dalam adonan roti.

Tubuh kita tidak membutuhkan asupan gula tambahan, selain karena tubuh kita dapat menggunakan gula dari asupan gula alami sebagai sumber energi, tubuh juga dapat membuat sendiri sumber energi dari bahan yang ada dalam tubuh.

Gula tambahan ada pada hampir semua produk dalam kemasan.

Perlu diwaspadai pula asupan gula tambahan pada makanan yang tidak terasa manis. Sebagai contoh,
– pada 1 sendok makan saus tomat terdapat kurang lebih 3,4 gram gula yang hampir mencapai 1 sendok teh,
– pada 1 sendok makan saus sambal terdapat sekitar 5 gram gula yang setara dengan kurang lebih 1 sendok teh.

Demikian pula kandungan gula pada minuman atau makanan yang dikenal sehat seperti pada yogurt, granola bar, jus dalam kemasan, dan sebagainya.

Mengingat banyaknya gangguan kesehatan yang berkaitan dengan asupan gula tambahan yang berlebihan, maka pembatasan asupan gula berlebihan menjadi hal dasar yang perlu dilakukan setiap orang.

Bagi sebagian orang, menurunkan asupan gula bukan hal yang mudah dilakukan.
Hal ini dapat terjadi karena “kecanduan gula”.

Menghentikan asupan gula tambahan dapat membuat rasa yang tidak menyenangkan baik secara fisik maupun mental.
Berat/ringan dan jenis gangguan yang muncul dapat berbeda-beda pada setiap orang.

Beberapa gangguan emosi dan mental yang terjadi misalnya merasa depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan berkonsentrasi. Gangguan secara fisik dapat berupa rasa pusing, melayang, lemah, letih, rasa kesemutan, dan sebagainya.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghentikan asupan gula tambahan yaitu :

• menghindari secara total seluruh gula tambahan
• menurunkan asupan gula tambahan secara bertahap, baik frekuensi (misalnya dari setiap hari menjadi seminggu 2 kali saja) maupun jumlahnya (misalnya dari 1 botol menjadi ½ botol).

Pilihan yang mana yang diambil tergantung pada kemampuan, situasi, dan kondisi yang tentunya berbeda-beda pada setiap orang.

Hidup sehat merupakan investasi. Mari memulai hidup sehat hari ini.

• Sehat itu mudah • Sehat itu murah •

(dr. Susanti, kenapa ya dok?, kenapayadok.com)

Updated: Oct 22, 2019





MATERI DALAM SITUS INI DIMAKSUDKAN HANYA UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI INFORMASI UMUM, DAN BUKAN DITUJUKAN SEBAGAI DIAGNOSA, ATAU PERAWATAN YANG DIREKOMENDASIKAN.
Harap dicatat bahwa informasi medis di situs ini dirancang untuk mendukung, bukan untuk menggantikan hubungan antara pasien dan dokter, dan saran medis yang mungkin mereka berikan.

THE MATERIAL IN THIS SITE IS INTENDED TO BE OF GENERAL INFORMATIONAL USE AND IS NOT INTENDED TO CONSTITUTE MEDICAL ADVICE, PROBABLE DIAGNOSIS, OR RECOMMENDED TREATMENTS.
Please note that medical information found on this website is designed to support, not to replace the relationship between patient and physician/doctor and the medical advice they may provide.

(Credit: shawkykhalil, rawpixel. Pictures are used for representational purpose only)